Saturday, August 22, 2015

PROSES TERBENTUKNYA BATUGAMPING BIOKLASTIK



Batugamping bioklastik adalah hasil rombakan dari batugamping nonklastik. Ciri utama batugamping bioklastik adalah berlapis, seperti layaknya pada batuan sedimen, dicirikan lagi dengan didapatkannya fragmen-fragmen fosil.  Secara skematik terjadinya batugamping bioklastik adalah sebagai berikut:
·         Batugamping nonklastik;
·         Erosi, transportasi, sortasi;
·         Sedimentasi dan kompaksi;menjadi
·         Batugamping bioklastik
Dengan demikian struktur sedimen yang terjadi di batuan sedimen pada umumnya sangat mungkin terjadi juga di batugamping bioklastik. Untuk batugamping bioklastik  ada terminologi khusus. Terminologi tersebut adalah:
·         Disebut  calcirudite bila batugamping bioklastik tersebut mempunyai ukuran butir rudite (kasar - seperti breksi)
·         Disebut  calcarenite bila batugamping bioklastik tersebut mempunyai ukuran butir arenite (pasir)
·         Disebut calcilutite bila batugamping bioklastik tersebut mempunyai ukuran butir lutite (lempung)

Batugamping nonklastik merupakan perkembangan dari rumah binatang koral. Bersama dengan koral akan terdapat pula jenis kehidupan yang lain dengan komposisi “rumahnya” yang sama.  Rumah binatang koral itu akan membentuk suatu koloni. Perkembangan koloni koral sangat tergantung pada naik dan turunnya dasar cekungan sedimentasi. Pada saat dasar cekungan turun perkembangan koloni koral menuju kearah vertikal, sedang pada saat dasar cekungan sedimentasi naik, perkembangan koloni koral akan kearah lateral. Perkembangan koloni koral berada diatas dasar cekungan sedimentasi yang beralaskan batuan dengan tektur kasar (dapat batuan beku, batuan sedimen ataupun batuan metamorf). Bila perkembangan koloni koral berada diatas  batugamping berlapis, maka kenampakan bentukan tersebut secara keseluruhan dikenal dengan istilah biostrome. Namun bila kenampakan singkapan itu tanpa dasar batugamping berlapis dikenal dengan nama bioherm. Terminologi ini didasarkan pada kenampakan singkapan di lapangan
seperti kerucut  (conical hills) dengan berbagai ketinggian, dan diantara bukit-bukit tersebut kerapkali dijumpai telaga. Sedang  tanda-tanda bentang alam karst bagian dalam yang dikenal sebagai endokrast antara lain: terdapatnya sungai bawah tanah, mata air, sumuran (luweng), goa dengan stalaktite dan stalakmite-nya. Berbeda dengan pada batuan sedimen klastik,  dimana air tersimpan dalam pori-pori batuan, tetapi pada batugamping dengan bentang alam karst pori-pori yang merupakan reservoir air berada pada diaklas (rekahan/retakan). Makin banyak rekahan terdapat makin tinggi jumlah air yang tersimpan pada batugamping nonklastik. Apabila bukit-bukit karst tersebut ditambang, hilang pula rekahan-rekahan yang merupakan reservoir air tanahnya. Akibat yang paling serius, hilang pula mata air yang pernah ada, telaga menjadi kering.

Dengan demikian  sungai bawah tanah mengalir tidak mengikuti hukum aliran  air bawah tanah seperti pada batuan sedimen klastik.  Aliran tersebut membentuk suatu sistem tersendiri yang dikenal dengan ecology system (dikenal dengan istilah ecosystem). Jaringan aliran sungai bawah tanah ini dapat dirunut dengan metode tracing, yaitu memasukan air yang sudah diberi warna atau serbuk yang mudah mengapung dan mudah mengalir (seperti sekam padi). Jaringan aliran air bawah tanah tersebut dapat dipantau pada  tempat-tempat mata air yang muncul. Daerah imbuhan air bawah tanah disebut dengan istilah recharge area. Dengan keadaan yang demikian bila conical hills itu dirusak atau ditambang secara besar-besaran, dipastikan diaklas yang merupakan reservoir air akan hilang dan hal ini mengakibatkan mata air akan turun debitnya, atau bahkan dapat mati

No comments:

Post a Comment